Menurut peraturan pemerintah No. 55 Tahun 2007 Bab 1 pasal 2 menyebutkan pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan, membentuk sikap, kepribadian dan ketrampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnyamelalui mata pelajaran , jenjang dan jenis pendidikan
. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. (M. Yusuf al-Qardawi).
Pendidikan menyangkut manusia seutuhnya atau bersifat komprehensif, tidak hanya membekali anak dengan pengertian agama atau mengembangkan intelek anak saja, tetapi menyangkut keseluruhan pribadi anak, mulai latihan amalan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, maupun manusia dengan dirinya sendiri. Jadi pendidikan agama islam tidak hanya mengajarkan tentang tata cara kehidupan dunia tetapi juga mengajarkan bagaimana mempersiapkan kehidupan di akhirat nanti.
Dari bebrapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan terencana untuk membimbing peserta didik agar mengetahui, memahami juga mengamalkan nilai-nilai ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan agama islam merupakan proses untuk mempelajari agama islam secara detail dan membentuk karakter generasi muda (Gen-Z) menjadi sesuai dengan ajaran islam. Munculnya teknologi yang semakin canggih dapat mempengaruhi karakter mereka karena kurangnya bekal dalam ilmu agama. Oleh karena itu pendidikan agama islam sangat dibutuhkan guna membentuk karakter (akhlakul karimah).
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan dalam membentuk karakter dan kepribadian peserta didik. Dengan proses pembelajaran yang baik dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan kebudayaan, pemikiran dan keahlian pada generasi muda terkhusus Gen Z, sehingga mereka dapat memiliki karakter yang baik.
Orang tua adalah madrasah pertama bagi anak-anak untuk mendapatkan pelajaran agama yang dapat dimulai dengan mengajarkan hal-hal kecil, seperti mengajarkan anak berbicara dengan santun pada orang yang lebih tua, berdoa sebelum makan, sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Generasi Z (Gen Z) adalah generasi yang lahir diantara tahun 1997-2012. Generasi ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan generasi sebelumnya, menurut penelitian yang dilakukan McKinsey Gen Z lebih melek teknologi, kreatif menerima perbedaan disekitar, peduli terhadap masalah social dan senang berekspresi didunia maya maupun dunia nyata. Bukti bahwa generasi ini lebih melek teknologi yaitu mereka tumbuh diera teknologi yang sedang berkembang pesat, yang semua hal bisa diakses melalui internet mulai dari aplikasi makanan, aplikasi transportasi bahkan sampai aplikasi kencan online.
Selain melek teknologi, Gen Z ini juga lebih kreatif. Coba deh, kamu Tanya ke orang tua atau kakek/nenekmu. Dulu cita-cita mereka ingin jadi apa? Pasti jawabannya dokter, PNS, Tentara, Polisi, dll. Nah, dengan hadirnya internet Gen Z jauh lebih kreatif dalam menghasilkan uang, yang bisa mereka dapatkan melalui akses internet. Misalnya, content creator, vloger, youtuber. Itulah yang termasuk dalam kelebihan Gen Z. Namun, generasi ini bukanlah generasi terbaik yang pernah ada. Karena generasi ini juga memiliki kekurangan yang menyebabkan Gen Z ini tidak disukai oleh generasi sebelumnya. Diantara kekurangan Gen Z yaitu, (1) FOMO (fear of missing out); (2) Kecemasan dan tingkat stres yang tinggi seperti dinasehati sedikit justru merasa terbuli. Ekspektasi kehidupan mereka yang terlalu tinggi terhadap kehidupan pribadinya, jika tidak berjalan sesuai keinginan akan memicu timbulnya stress; (3) Mudah mengeluh dan self proclaimed, meskipun mempunyai kemampuan untuk mencari informasi dari berbagai sumber, kenyataannya Gen Z terlalu cepat mencocokkan dan menyerap informasi dengan apa yang mereka rasakan, seperti membatasi pergaulan karena introvert. Gen Z juga disebut generasi strawberry karena terkesan manja dan mudah tertekan.
Pada zaman yang semakin modern ini, tentunya pendidikan agama sangat dibutuhkan oleh Gen Z. Dimana pada saat ini banyak sekali factor yang dapat mempengaruhi generasi ini baik factor internal maupun eksternal. Misalnya dampak negative budaya asing yang tersebar melalui media social seperti bertambahnya wawasan masyarakat Indonesia akan budaya asing seperti penggunaan bahasa. Awalnya masyarakat Indonesia berkomunikasi hanya menggunakan dua bahasa antara bahasa Indonesia atau bahasa daerah, kini dapat menambah bahasa baru dari adanya budaya asing yang masuk ke Indonesia melalui jaringan media social. Selain dampak positif tersebut, terdapat juga dampak negatifnya seperti gaya berbusana, banyak masyarakat Indonesian yang menggunakan pakaian yang terlalu terbuka.
Kurangnya penanaman nilai-nilai agama islam merupakan factor penyebab utama kurangnya kesadaran diri, contohnya yaitu gaya busana Gen Z dalam hal menggunakan hijab. Pada dasarnya disyari’atkannya menggunakan hijab itu adalah untuk menutup aurat yang batasnya sampai menutup dada. Namun mirisnya mereka meggunakan hijab tidak sesuai dengan syari’at, akan tetapi mereka menggunakan hijab mengikuti tren mode yang jilbabnya dililitkan dileher sehingga tidak tertutuplah bagian dada. Bahkan ada yang berbusana tapi terkesan telanjang karena pakaian yang digunakan terlalu ketat (press body) sehingga kelihatan lekuk tubuhnya yang alasannya biar tidak terlihat culun. Lebih mirisnya lagi mereka senggaja mengunggah diakun media sosialnya. Hal tersebut sangat jelas menyimpang dari ajaran agama Islam. Dalam ajaran islam, orang yang paling bertanggung jawab atas pendidikan setiap anak adalah orang tuanya (ayah dan ibu).
Pendidikan agama islam merupakan bimbingan untuk membentuk kepribadian dan karakteristik yang lebih baik. Pendidikan gama islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan perasaan dan panca indera. Oleh karena itu, tujuan pendidikan islam yaitu untuk menciptakan pribadi yang selalu bertaqwa kepada Allah dan dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Banayak generasi pada saat ini kurang antusias mempelajari ilmu agama, hal ini terjadi karena banyaknya factor yang mempengaruhi baik dari keluarga, lingkungan sekitar, teman dan pergaulan yang salah. Keluarga adalah akses terkuat dalam memberikan pemenuhan kebutuhan anak sebagai makhluk bio psiko sosio spiritual dengan pengembangan kepribadiannya.
Dengan demikian apabila Gen Z ini mampu menggunakan media social dengan bijak, seperti digunakannya media social itu untuk mengakses kajian-kajian keislaman agar mereka dapat berperilaku sesuai yang diajarkan dalam syari’at islam, maka tidak akan terjadi penyimpangan yang berdampak buruk bagi generasi strawberry (Gen Z). Kita sebagai umat muslim, harus saling menguatkan dalam berbuat kebaikan. (Silvia Nur Dhania, Guru SMPI Integral Luqman Al-Hakim 02)
Post a Comment